Rabu, 17 Desember 2014

TUGAS STRATEGI BELAJAR MENGAJAR BIDANG STUDI "PENGEMBANGAN BERPIKIR ILMIAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH"






 





 Hasil gambar untuk unej

PENGEMBANGAN BERPIKIR ILMIAH
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd



Oleh
Nuzulul Khoirunnisa’ (120210302103)
Kelas B



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Berpikir merupakan ciri utama manusia yang membedakannya dengan makhluk lain.  Dengan dasar berpikir, manusia mengembangkan berbagai cara untuk dapat mengubah keadaan alam guna kepentingan hidupnya.  Kegiatan berpikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah.  Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah.
Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi berpikir alamiah dan berpikir ilmiah.  Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya, sedangkan berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan pola dan sarana tertentu secara teratur.  Berpikir ilmiah merupakan berpikir dengan langkah-langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menguji hipotesis, menarik kesimpulan.  Kesemua langkah-langkah berpikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat / sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berpikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik.  Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.  Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari.
Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara pola berpikir deduktif dan berpikir induktif.  Untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.  Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan.  Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula.  Salah satu langkah kearah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan berpikir ilmiah tersebut.  Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistik.
Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai berpikir ilmiah yang terdiri dari konsep dasar berpikir ilmiah itu sendiri, ciri-ciri berpikir ilmiah apa saja, manfaat apa saja yang didapat dari berpikir ilmiah dan lain-lain.

1.2.Rumusan Masalah
1.2.1.Bagaimanakah konsep dasar berpikir ilmiah itu?
1.2.2.Apa saja karakteristik berpikir ilmiah itu?
1.2.3.Apa saja metode berpikir ilmiah itu?
1.2.4.Apa saja sarana dalam berpikir ilmiah itu?

1.3.Tujuan
1.3.1.Untuk mengetahui konsep dasar berpikir ilmiah
1.3.2.Untuk mengetahui apa saja karakteristik berpikir ilmiah
1.3.3.Untuk mengetahui apa saja metode dalam berpikir ilmiah itu
1.3.4.Untuk mengetahui apa saja sarana dalam berpikir ilmiah itu
 
 
 BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Berpikir Ilmiah
Dibawah ini definisi berpikir ilmiah menurut para ahli antara lain :
a.    Berpikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris.
Logis : Masuk akal
Empiris : Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan (Hillway,1956)
b.   Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan atau menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran (uripsantoso.wordpress.com)
c.    Menurut Salam (1997:139), berpikir ilmiah antara lain :
Ø  Proses atau aktivitas manusia untuk  menemukan / mendapatkan ilmu 
Ø  Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan
Ø  Sarana berpikir ilmiah
Ø  Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh
Ø  Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik
Ø  Merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya dengan baik
Ø  Mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah
d.   Berpikir merupakan kegiatan (akal) untuk memperoleh pengetahuan yang benar.  Berpikir ilmiah adalah kegiatan (akal) yang menggabungkan induksi dan deduksi.  (Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan)
e.    Berpikir ilmiah yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih kompleks disertai pembuktian-pembuktian.  (Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118)
f.    Berpikir ilmiah merupakan proses berpikir / pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada (Eman Sulaeman)
g.   Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif.  Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir (wikipedia bahasa indonesia, ensiklopedia bebas)
h.   Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sasaran tertentu secara teratur dan cermat (Jujun S. Suria Sumantri, 1984)
i.     Berpikir ilmiah adalah metode berpikir yang di dasarkan pada logika deduktif dan induktif (Mumuh mulyana Mubarak, SE)
Berpikir ilmiah merupakan suatu pemikiran atau tindakan seorang manusia yang menggunakan dasar-dasar dan ilmu tertentu, sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain.  Berpikir ilmiah juga harus melalui proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran.  Dalam berpikir ilmiah seseorang harus memperhatikan dasar-dasarnya yang didalamnya menyangkut apa, siapa, dimana, kapan dan bagaimana.  Biasanya hal itu digunakan untuk mencari rumusan masalah dan mencari solusi atau kesimpulan suatu masalah.  Berpikir ilmiah sangat penting dalam melakukan sesuatu, tidak hanya di lingkungan masyarakat tetapi juga di lingkungan sekolah.  Jika dalam suatu pekerjaan untuk menunjukkan hasil dari pekerjaan kita, kita pasti akan dituntut untuk menunjukkan apa saja hasil dari pekerjaan kita dan semua itu pasti akan diuji kebenarannya sehingga orang lain akan percaya dengan pekerjaan kita.
Berpikir ilmiah juga sangat penting dalam melakukan penelitian sesuatu, baik tentang tanaman, hewan, manusia dan sebagainya.  Pasti dalam membuat dan mengumpulkan data itu sendiri harus sesuai dengan kebenaran karena untuk menjelaskan hasil dari penelitian kita dibutuhkan suatu pemikiran yang ilmiah.  Selain itu berpikir ilmiah juga tanpa emosi dan berpikir sesuai kebenaran yang ada.  Untuk itu sebagai manusia yang ingin selalu menjadi terbaik, kita harus selalu menggunakan pemikiran ilmiah dalam setiap pendapat rasional dan orang-orang sekitar kita akan selalu menganggap kita tidak berpendapat yang omong kosong.  Setiap manusia disamping berpikir ilmiah harus didukung dengan berpikir positif serta pemikiran-pemikiran yang baik untuk menjadikan setiap pendapat kita selalu dapat dipercaya dan diterima oleh semua orang.
Ciri-ciri berpikir ilmiah antara lain :
Ø Pendapat atau tindakannya melalui penelitian
Ø Pendapatnya sesuai kebenaran
Ø Terdapat data-data atau bukti dalam menunjukkan hasilnya
Ø Tidak berdasarkan perkiraan atau hanya sekedar pendapat
Manfaat berpikir ilmiah antara lain :
Ø Seseorang yang selalu berpikir ilmiah tidak akan mudah percaya terhadap sesuatu
Ø Pendapatnya akan dapat dipercaya dan diterima orang lain
Ø Dalam memecahkan masalah tidak dengan emosi

2.2. Karakteristik Berpikir Ilmiah
Karakteristik berpikir ilmiah adalah antara lain :
a.    Acuan pernyataan dan premisnya merupakan sumber ilmiah
Jika sumbernya bersifat teori maka harus merupakan suatu teori ilmiah yang sahih (berasal dari kepustakaan ilmiah) dan bila sumbernya suatu fakta maka hendaknya merupakan suatu fakta ilmiah yaitu mulai dari penentuan sampel sampai dengan cara pengamatan, pengukuran maupun penafsiran hasilnya.
b.   Sistematik dan runtut
Sistematik artinya sesuai dengan kaidah penalaran yang sahih, sedangkan runtut adalah terdapat keselarasan diantara komponennya
c.    Obyektif
Obyektif yaitu kesimpulan yang diambil harus mengacu pada obyeknya dan bukan hasil tafsiran subyektif si penyimpul
d.   Skeptik
Skeptik artinya kebenaran yang diambil bersifat relatif serta pragmatis yaitu dianggap benar sampai ditemukan kesimpulan baru yang secara sahih dianggap lebih benar
e.    Universal
Universal artinya kesimpulan yang dihasilkan harus berlaku secara umum tanpa diskriminasi

 2.3. Metode Berpikir Ilmiah
Secara etimologis, metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “Meta” yang artinya sesudah atau dibalik sesuatu dan “Hodos” yang artinya jalan yang harus ditempuh (Richard, 1986).  Jadi metode berarti langkah-langkah (cara dan teknik) yang diambil menurut urutan tertentu untuk mencapai pengetahuan tertentu.  Jadi metode berfikir ilmiah adalah prosedur, cara dan teknik memperoleh pengetahuan serta untuk membuktikan benar salahnya suatu hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya (Branner, 2002).
Metode ilmiah ini adalah sebuah prosedur yang digunakan para ilmuan dalam pencarian kebenaran baru.  Dilakukannya dengan cara kerja sistematis terhadap pengetahuan baru dan melakukan peninjauan kembali kepada pengetahuan yang telah ada (Kattsoff, 1992).  Tujuan dari penggunaan metode ilmiah ini yaitu agar ilmu berkembang dan tetap eksis dan mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi.  Kebenaran dan kecocokan kajian ilmiah akan terbatas pada ruang, waktu, tempat dan kondisi tertentu (Milton, 2004).
Metode ilmiah dipengaruhi oleh unsur alam yang berubah dan bergerak secara dinamik dan teratur.  Kondisi alam yang diduga para filosof karena adanya asas tunggal dari alam (natural law).  Filosof yakin bahwa natural law telah menjadi salah satu sebab adanya ketertiban alam (Zuhairini, 1995).  Ketertiban akan diangkat dan harus diletakkan sebagai objek ukuran dalam menentukan kebenaran.  Corak-corak metodis yang sandarannya pada kondisi alam yang dinamik dan teratur harus diakui telah menyebabkan lahirnya ilmu pengetahuan dengan sifat dan kecenderungan yang positivistic (Titus, 1959).  Ilmu selalu berkembang dalam ukuran-ukuran yang konkrit dengan model dan pendekatan serta eksperimen dan observasi.
Dalam perkembangan selanjutnya model dan cara berpikir demikian telah memperoleh gugatan, karena tidak semua ilmu dapat didekati dengan model yang sama (Sidi, 1973).  Dengan ditemukannya metode berpikir ilmiah, secara langsung telah menyebabkan terjadinya kemajuan dalam ilmu pengetahuan.  Manusia bukan saja hidup dalam ritmis modernisasi yang serba mudah dan menjanjikan.  Lebih dari itu semua, manusia dapat menggapai sesuatu yang sebelumnya seolah tidak mungkin.  Manusia tidak lagi berpangku tangan terhadap apa yang menjadi kehendak alam (Peursen, 2003).
 
2.4. Sarana Berpikir Ilmiah
Perbedaan utama antara manusia dan binatang terletak pada kemampuan manusia untuk mengambil jalan melingkar dalam mencapai tujuannya.  Seluruh pikiran binatang dipenuhi oleh kebutuhan yang menyebabkan mereka secara langsung mencari obyek yang diinginkannya atau membuang benda yang menghalanginya.
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir.  Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat.  Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuan.  Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.  Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula.  Dengan jalan ini maka kita akan sampai pada hakikat sarana yang sebenarnya, sebab sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai tujuan tertentu atau dengan perkataan lain sarana ilmiah mempunyai fungsi–fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.
Sarana berpikir ilmiah ini dalam proses pendidikan kita merupakan bidang studi tersendiri.  Artinya kita mempelajari sarana berpikir ilmiah ini seperti kita mempelajari berbagai cabang ilmu.  Dalam hal ini kita harus memperhatikan dua hal.  Pertama, sarana ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.  Seperti diketahui salah satu karakteristik dari ilmu umpamanya adalah penggunaan berpikir induktif dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan.  Sarana berpikir ilmiah tidak mempergunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya.  Secara lebih tuntas dapat dikatakan bahwa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode sendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang berbeda dengan metode ilmiah.  Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan masalah kita sehari-hari.  Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan masalah kita sehari-hari.  Dalam hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode ilmiah atau secara lebih sederhana, sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik.  Jelaslah sekarang kiranya mengapa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya, sebab fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan bukan merupakan ilmu itu sendiri.
 

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berpikir merupakan ciri utama bagi manusia.  Berpikir disebut juga sebagai proses bekerjanya akal.  Secara garis besar berpikir dapat dibedakan antara berpikir alamiah dan berpikir ilmiah.  Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya.  Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat.  Bagi seorang ilmuan, penguasaan sarana berpikir ilmiah merupakan suatu keharusan, karena tanpa adanya penguasaan sarana ilmiah, maka tidak akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik.  Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah yang harus ditempuh.
Sarana berpikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu : bahasa ilmiah, logika dan matematika serta logika dan statistika.  Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah.  Logika dan matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif sehingga mudah diikuti dan mudah dilacak kembali kebenarannya.  Sedangkan logika dan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif dan mencari konsep-konsep yang berlaku umum.  Namun dizaman sekarang komputer juga bisa dimasukkan sebagai sarana berpikir ilmiah, karena dalam komputer semua ada dan apa yang kita inginkan hampir seluruhnya dapat dijawab oleh komputer.
 

DAFTAR PUSTAKA

1.         Suriasumantri, Jujun. S.2007.Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
3.         http://muchamadr.blogspot.com/
5.         http://sittisulaihah.blogspot.com/2013/09/konsep-berpikir-ilmiah.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar