Rabu, 17 Desember 2014

TUGAS STRATEGI BELAJAR MENGAJAR BIDANG STUDI "PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING UNTUK VISUALISASI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH"









PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING
UNTUK VISUALISASI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd



Oleh
Nuzulul Khoirunnisa’ (120210302103)
Kelas B



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak akan pernah usang.  Banyak agenda reformasi yang telah, sedang dan akan dilaksanakan.  Beragam program inovatif ikut serta memeriahkan reformasi pendidikan.  Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita, karena ia merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi dan pada akhirnya diharapkan akan berguna bagi bangsa, Negara dan agama.  Melihat peran pendidikan yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan.  Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan.  Beragam metode pembelajaran efektif dapat menjadi pilihan untuk bisa kita persiapkan dalam sebuah kegiatan pembelajaran.
Metode adalah cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan.  Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan.  Dengan demikian tujuan merupakan faktor utama dalam menetapkan baik tidaknya penggunaan suatu metode.
Dalam hal metode mengajar, selain faktor tujuan, murid, situasi, fasilitas dan faktor guru turut menentukan efektif tidaknya penggunaan suatu metode, karenanya metode mengajar itu banyak sekali dan sulit menggolong-golongkannya.  Lebih sulit lagi menetapkan metode mana yang memiliki efektifitas paling tinggi.  Sebab metode yang “kurang baik” di tangan seorang guru dapat menjadi metode yang “baik sekali” di tangan guru yang lain dan metode yang baik akan gagal di tangan guru yang tidak menguasai teknik pelaksanaannya.  Namun demikian, ada sifat-sifat umum yang terdapat pada metode yang satu tidak terdapat pada metode yang lain.  Dengan mencari ciri-ciri umum itu, menjadi mungkinlah untuk mengenali berbagai macam metode yang lazim dan praktis untuk dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
Belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks.  Mengingat kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks, maka tidak mungkin menunjukan dan menyimpulkan bahwa suatu metode belajar mengajar tertentu lebih unggul dari pada metode belajar mengajar yang lainnya dalam usaha mencapai semua pelajaran, dalam situasi dan kondisi dan untuk selamanya.
Belajar sangat berkaitan erat dengan pembelajaran, apalagi untuk kita sebagai calon pendidik.  Tentunya kita harus bisa meningkatkan belajar siswa dengan cara memberi motivasi sebelum mulai pembelajaran.  Untuk meningkatkan semangat siswa, kita harus berpikir kreatif dalam memilih metode pembelajaran.  Sehingga siswa akan merasa senang dan tertarik dengan pembelajaran tersebut.  Maka, dengan mudah siswa menerima materi, memahaminya dan akan melekat dalam diri siswa.  Apalagi untuk mata pelajaran Sejarah yang dianggap sangat membosankan oleh siswa karena materinya hanya itu-itu saja dan tidak ada yang menarik  untuk itulah peran guru sangat penting untuk memunculkan motivasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran sejarah yang dapat dilakukan dengan penerapan metode pembelajaran yang bervariasi.  Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai salah satu metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam mata pelajaran sejarah yaitu Problem Based Learning (pemecahan masalah).

1.2.Rumusan Masalah
1.2.1.   Apakah metode pembelajaran itu?
1.2.2.   Apakah metode pembelajaran problem based learning itu?
1.2.3.   Apa alasan penulis menerapkan metode pembelajaran problem based learning dalam mata pelajaran sejarah?
1.2.4.   Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran dalam metode pembelajaran problem based learning?
1.2.5.   Apa saja kelebihan yang didapat dalam metode pembelajaran problem based learning itu?
1.2.6.   Apa saja kekurangan dalam metode pembelajaran problem based learning itu?

1.3.Tujuan
1.3.1.   Untuk mengetahui arti metode pembelajaran
1.3.2.   Untuk mengetahui arti metode pembelajaran problem based learning
1.3.3.   Untuk mengetahui alasan penulis menerapkan metode pembelajaran problem based learning dalam mata pelajaran sejarah
1.3.4.   Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran dalam metode pembelajaran problem based learning
1.3.5.   Untuk mengetahui kelebihan metode pembelajaran problem based learning
1.3.6.   Untuk mengetahui kelemahan metode pembelajaran problem based learning





























BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Metode Pembelajaran
2.1.1. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh para pendidik agar proses belajar mengajar pada siswa tercapai sesuai dengan tujuan.  Metode pembelajaran ini sangat penting di lakukan agar proses belajar mengajar tersebut nampak menyenangkan dan tidak membuat para siswa tersebut suntuk dan juga para siswa tersebut dapat menangkap ilmu dari tenaga pendidik tersebut dengan mudah.
Dibawah ini pengertian dari metode pembelajaran menurut para ahli diantaranya :
1.   Sagala, S. (2003:169) mengemukakan, metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran pada khususnya.
2.   Surakhmad, W. (1979:75) mengemukakan, metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan
3.   Hatimah, I. (2000:10) metode pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja, melainkan juga untuk pemberian dorongan, pengungkap tumbuhnya minat belajar, penyampaian bahan belajar, pencipta iklim belajar yang kondusif, tenaga untuk melahirkan kreativitas, pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil belajar dan pendorong dalam melengkapi kelemahan hasil belajar.
2.1.2. Efektivitas Pemilihan Metode Pembelajaran
Pembelajaran yang efektif salah satunya ditentukan oleh pemilihan metode pembelajaran saat guru menyusun rencana pembelajaran yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).  Kemahiran guru untuk memilih metode pembelajaran yang serasi dengan kebutuhan menurut Riwajatna, J. (2003:51) ditentukan oleh pengalamannya, keluasan pemahaman guru tentang bahan pelajaran, tersedianya media, pemahaman guru tentang karakteristik siswa dan karakteristik belajar.  Metode pembelajaran apapun yang digunakan oleh guru menurut Majid, A. (2005:136) hendaknya dapat mengakomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip pembelajaran.
Pertama, berpusat pada anak didik (student oriented).  Guru harus memandang anak didik sebagai sesuatu yang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama, sekalipun mereka kembar.  Suatu kesalahan jika guru memperlakukan mereka secara sama.  Gaya belajar (learning style) anak didik harus diperhatikan.
Kedua, belajar dengan melakukan (learning by doing).  Supaya proses belajar menyenangkan, guru harus menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia memperoleh pengalaman nyata.
Ketiga, mengembangkan kemampuan sosial.  Proses pembelajaran dan pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan, juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial (learning to live together).
Keempat, mengembangkan keingin tahuan dan imajinasi.  Proses pembelajaran dan pengetahuan harus dapat memancing rasa ingin tahu anak didik, juga mampu memompa daya imajinasi anak didik untuk berpikir kritis dan kreatif.  Kelima, mengembangkan kreativitas dan keterampilan memecahkan masalah.
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Metode Pembelajaran
Sebagai suatu cara, metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.  Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat-sifat masing-masing metode tersebut.  Menurut Winarno Surakhmad dalam Djamarah (2002:89), pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut :
Ø Anak didik
Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan.  Di sekolah, gurulah yang berkewajiban mendidiknya.  Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran mana yang sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Ø Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar-mengajar.  Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran ada berbagai jenis, ada tujuan instruksional, tujuan kurikuler, tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional.  Metode yang dipilih guru harus sejalan dengan taraf kemampuan anak didik dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Ø Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari.  Guru harus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi yang diciptakan itu.
Ø Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran.  Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah.
Ø Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda.  Latar pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi.  Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode.
2.1.4. Syarat-syarat Metode Pembelajaran
Menurut Ahmadi dalam (Asih, 2007:20), syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar adalah :
Ø Metode mengajar harus dapat mermbangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa
Ø Metode mengajar harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa
Ø Metode mengajar harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya
Ø Metode mengajar harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan)
Ø Metode mengajar harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi
Ø Metode mengajar harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan
Ø Metode mengajar harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari
2.1.5. Tujuan Metode Pembelajaran
Tujuan utama dalam metode pembelajaran adalah untuk menyampaikan meteri atau pesan yang terkandung dalam isi kurikulum secara efektif, sehingga siswa dapat dengan mudah menerima, memahami, terekam dan tercerna dengan baik.  Berikut ini beberapa tujuan dari metode pembelajaran antara lain :
Ø Menghantarkan para siswa menuju pada perubahan–perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan mahkluk social
Ø Rumusan kemampuan yang diharapkan dimiliki para siswa setelah menempuh berbagai pengalaman belajarnya (pada akhir pengajaran)
Ø Untuk tercapainya Tujuan Pendidikan Nasional yang berbunyi “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratif serta bertanggung jawab“

2.2. Metode Pembelajaran Problem Based Learning (Berbasis Masalah)
Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari dan memecahkan suatu masalah / persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran.  Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).
Dibawah ini definisi menurut para ahli mengenai metode pembelajaran problem based learning antara lain :
1.   Problem-Based Learning (PBL) adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan (Duch, 1995).
2.   Finkle dan Torp (1995) menyatakan bahwa PBL merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik.
Dua definisi di atas mengandung arti bahwa PBL merupakan setiap suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari.
3.   Menurut Boud dan Felleti (1991, dalam Saptono, 2003) menyatakan bahwa PBL adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru.
4.   PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004).
Berdasarkan pendapat pakar-pakar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning (PBL) merupakan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata.  Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek.  PBL menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.  Sehingga dapat diartikan bahwa PBL adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata, lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge), sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.  Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL.
PBL merupakan satu proses pembelajaran di mana masalah merupakan pemandu utama ke arah pembelajaran tersebut.  Dengan demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong keilmuannya.
Karateristik PBL lebih mengacu pada aliran pendidikan kontruktivismisme, dimana belajar merupakan proses aktif  dari pembelajaran untuk membangun pengetahuan.  Proses aktif yang dimaksud tidak hanya bersifat secara mental tetapi juga secara fisik.  Artinya, melalui aktivitas secara fisik, pengetahuan siswa secara aktif dibangun berdasarkan proses asimilasi pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan ini berlangsung secara mental Matthews (dalam Suparno.1997:56).
Dalam pembelajaran guru harus dapat menciptakan lingkungan belajar sebagai suatu sistem sosial yang memiliki ciri proses demokrasi dan proses ilmiah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan jawaban terhadap praktek pembelajaran kompetensi serta merespon perkembangan dinamika sosial masyarakat. Selain itu pembelajaran berbasis masalah pada dasarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari pembelajaran kelompok. Dengan demikian, metode pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik yang khas yaitu menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks belajar bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran.
Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dengan situasi berorientasi pada masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut Ibrahim dan Nur (2000:2 dalam Nurhadi dkk,2004), “ Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain seperti Project-Based Learning (Pembelajaran Proyek), Eksperience-Based Education (Pendidikan Berdasarkan Pengalaman), Authentic learning (Pembelajaran Autentik), dan Anchored instruction (Pembelajaran berakar pada dunia nyata)”. Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pembelajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukankan penyelidikan secara inkuiri.

2.3. Alasan Memilih Metode Pembelajaran Problem Based Learning
Menurut saya metode Problem Based Learning cocok untuk pembelajaran sejarah karena dengan penggunaan metode Problem Based Learning, siswa dapat bekerja dan berpikir sendiri, dengan demikian siswa akan dapat mengingat pelajarannya dari pada hanya mendengarkan saja.  Selain itu metode ini menuntut keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya sekedar menerima informasi dari guru saja, karena dalam hal ini guru sebagai motivator dan fasilitator yang mengarahkan siswa agar terlibat secara aktif dalam seluruh proses pembelajaran dengan diawali pada masalah yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari mengenai suatu peristiwa sejarah.  Dari permasalahan tersebut, siswa dituntut untuk memecahkan permasalahan suatu peristiwa sejarah tersebut dengan belajar mandiri, artinya siswa sendiri yang belajar atau terjun langsung mengenai kebenaran suatu konsep peristiwa sejarah tersebut.  Sehingga siswa yang berperan aktif dan mencari tahu pengetahuannya sendiri.  Setelah peserta didik mencari tahu pengetahuannya sendiri mengenai konsep suatu peristiwa sejarah tersebut, siswa melakukan investigasi atau berpikir kritis terhadap benar tidaknya pengetahuan yang diperolehnya.  Setelah melakukan investigasi, barulah saling berbagi dan bertukar pendapat dan pengetahuan kepada siswa yang lain tentang pembelajaran yang diperoleh mengenai konsep suatu peristiwa sejarah tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai pembelajaran metode PBL, dirasa sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran sejarah.  Dengan alasan siswa dituntut untuk mencari tahu pengetahuannya sendiri yang kemudian setelah mencari tahu kebenaran tersebut, siswa juga harus melakukan investigasi untuk mengetahui benar tidaknya pengetahuan yang didapat.  Setelah mengetahui benar tidaknya peristiwa yang didapat, barulah saling berbagi pendapat kepada siswa yang lain.  Pembelajaran metode PBL ini sangat menitikberatkan keaktifan siswa dan rasa kebersamaan dengan siswa yang lain.  Dengan siswa mencari tahu sendiri pengetahuannya, maka penegtahuan yang didapat siswa tersebut akan bertahan lama, karena siswa terlibat secara langsung dalam memperoleh pengetahuannya.  Sesuatu yang didapat dan dialami langsung oleh seseorang, maka hasilnya akan bertahan lama.
 
2.4. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Problem Based Learning
Konsep Dasar (Basic Concept)
Sebelum guru melakukan pendefinisian masalah sebagai langkah awal dari pembelajaran problem based learning, guru memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut.  Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran metode problem based learning antara lain :
1.   Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini guru menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat.
2.   Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi.  Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
3.   Tahap Investigasi (Investigation)
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu : (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
4.   Pertukaran Pengetahuan (Exchange Knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok.  Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
5.   Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill) dan sikap (attitude).  Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen dan laporan.  Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.  Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim dan kehadiran dalam pembelajaran.  Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment.  Penilaian dapat dilakukan dengan portofolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran.  Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.  Self-assessment berarti penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.  Peer-assessment berarti penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya.
Langkah–langkah pembelajaran metode problem based learning oleh para ahli yang lain antara lain :
1.   Guru menyiapkan bahan-bahan yang akan dibahas
2.   Guru menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan sebagai bahan pembantu dalam memecahkan persoalan
3.   Guru memberikan gambaran secara umum tentang cara-cara pelaksanaannya
4.   Problem yang disajikan hendaknya jelas dapat merangsang peserta didik untuk berpikir
5.   Problem harus bersifat praktis dan sesuai dengan kemampuan peserta didik
6.   Guru menjelaskan secara umum tentang masalah yang dipecahkan
7.   Guru meminta kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan tentang tugas yang akan dilaksanakan
8.   Peserta didik dapat bekerja secara individual atau berkelompok
9.   Pemecahan masalah dapat dilaksanakan dengan pikiran
10.  Jika pemecahannya tidak ditemukan oleh peserta didik, maka didiskusikan untuk memperoleh solusi
11.  Data di kumpulkan sebanyak-banyaknya untuk analisa sehingga dijadikan fakta
12.  Membuat kesimpulan
Langkah-langkah pembelajaran metode problem based learning oleh para ahli yang lain antara lain :
1.   Pengajuan permasalahan
Soal yang diajukan seperti dinyatakan sebelumnya harus tidak terstruktur dengan baik, dalam arti untuk penyelesaiannya diperlukan informasi atau data lebih lanjut, memungkinkan banyak cara atau jawaban dan cukup luas kandungan materinya.
2.   Apa yang diketahui diketahui dari permasalahan?
Dalam fase ini setiap anggota akan melihat permasalahan dari segi pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.  Kelompok akan mendiskusikan dan menyepakati batasan-batasan mengenai permasalahan tersebut, serta memilah-memilah isu-isu dan aspek-aspek yang cukup beralasan untuk diselidiki lebih lanjut.  Analisis awal ini harus menghasilkan titik awal untuk penyelidikan dan dapat direvisi apabila suatu asumsi dipertanyakan atau informasi baru muncul kepermukaan.
3.   Apa yang tidak diketahui dari permasalahan?
Disini anggota kelompok akan membuat daftar pertanyaan-pertanyaan atau isu-isu pembelajaran yang harus dijawab untuk menjelaskan permasalahan.  Dalam fase ini, anggota kelompok akan mengurai permasalahan menjadi komponen-komponen, mendiskusikan implikasinya, mengajukan berbagai penjelasan atau solusi dan mengembangkan hipotesis kerja.  Kegiatan ini seperti fase “brainstorming” dengan evaluasi; penjelasan atau solusi dicatat.  Kelompok perlu merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan informasi yang dibutuhkan dan bagaimana informasi ini diperoleh.
4.   Alternatif pemecahan
Dalam fase ini anggota kelompok akan mendiskusikan, mengevaluasi dan mengorganisir hipotesis dan mengubah hipotesis.  Kelompok akan membuat daftar “Apa yang harus dilakukan?” yang mengarah kepada sumberdaya yang dibutuhkan, orang yang akan dihubungi, artikel yang akan dibaca dan tindakan yang perlu dilakukan oleh para anggota.  Dalam fase ini anggota kelompok akan menentukan dan mengalokasikan tugas-tugas, mengembangkan rencana untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.  Informasi tersebut dapat berasal dari dalam kelas, bahan bacaan, buku pelajaran, perpustakaan, perusahaan, video dan dari seorang pakar tertentu.  Bila ada informasi baru, kelompok perlu menganalisa dan mengevaluasi reliabilitas dan kegunaannya untuk penyelesaian permasalahan yang sedang dihadapi.
5.   Laporan dan presentasi hasil
Pada fase ini, setiap kelompok akan menulis laporan hasil kerja kelompoknya.  Laporan ini memuat hasil kerja kelompok dalam fase-fase sebelumnya diikuti dengan alasan mengapa suatu alternatif dipilih dan uraian tentang alternatif tersebut.  Pada bagian akhir setiap kelompok menjelaskan konsep yang terkandung dalam permasalahan yang diajukan dan penyelesaian yang mereka ajukan.  Misalnya, rumus apa yang mereka gunakan.  Laporan ini kemudian dipresentasikan dan didiskusikan dihadapan semua siswa.
6.   Pengembangan materi
Dalam fase ini guru akan mengembangkan materi yang akan dipelajari lebih lanjut dan mendalam dan memfasilitasi pembelajaran berdasarkan konsep-konsep yang diajukan oleh setiap kelompok dalam laporannya.
Dengan memperhatikan kegiatan pada setiap fase, para peserta didik menggunakan banyak waktunya untuk mendiskusikan masalah, merumuskan hipotesis, menentukan fakta yang relevan, mencari informasi dan mendefinisikan isi pembelajaran itu sendiri.  Tidak seperti pembelajaran tradisional, tujuan pembelajaran dalam PBL tidak ditetapkan dimuka.  Sebaliknya, setiap anggota kelompok akan bertanggungjawab untuk membangun isi-isu atau tujuan berdasarkan analisa kelompok tentang permasalahan yang diberikan.
Contoh Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran Metode Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dalam Pembelajaran Sejarah
Langkah-langkah penerapan pembelajaran metode problem based learning dalam pembelajaran sejarah antara lain :
1.   Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu.
Contohnya dalam pembelajaran sejarah yaitu mengenai masalah Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret), apakah benar yang menulis surat tersebut Ir. Soekarno, apakah orang lain.  Hal itu perlu dibuktikan, karena sampai sekarang masih menjadi misteri.  Apalagi mengingat saksi bisu supersemar tersebut sudah meninggal.
2.   Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul.
Masalah-masalah yang muncul dari peristiwa Supersemar tersebut dicatat oleh murid supaya murid tidak lupa.
3.   Setelah itu tugas guru adalah merangsang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada.  Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.
Setelah itu, guru merangsang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang diberikan guru tadi mengenai kebenaran Supersemar.  Hal ini diterapkan dengan tujuan supaya murid dapat bertanya, mengenai peristiwa Supersemar lebih mendalam lagi kepada ahli sejarah, karena saksi bisu peristiwa Supersemar rata-rata sudah meninggal, jikapun ada, pasti sudah tua yang kemungkinan besar sudah pikun.  Setelah bertanya kepada ahli sejarah tersebut, hendaknya jangan ditelan mentah-mentah cerita dari ahli sejarah tersebut, hendaknya murid cari perbedaan dan persamaan pendapat ahli sejarah tersebut dalam buku sejarah mengenai peristiwa Supersemar untuk mendapatkan asumsi.  Setelah mendapatkan asumsi, barulah murid mendengarkan pendapat yang berbeda-beda dari sesama murid yang lain.  Kemudian terkahir yaitu ditemukannya kesimpulan, yang mana kesimpulan yang diperoleh dari tiap-tiap murid sama, cuma sudut pandangnya atau caranya saja yang berbeda.
Dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran metode problem based learning ini, murid diajarkan untuk belajara mandiri, karena dianjurkan untuk mencari tahu kebenaran mengenai suatu peristiwa sejarah tersebut dengan sendiri yang kemudian antara murid satu dengan murid yang lain dapat bertukar pengetahuan melalui apa saja yang diperoleh dalam pembelajaran mandiri murid tersebut mengenai suatu peristiwa sejarah tersebut.
Dengan diterapkannya pembelajaran metode problem based learning tersebut, guru secara tidak langsung memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar.  Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.  Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas.  Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari.  Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
 
2.5. Kelebihan Metode Pembelajaran Problem Based Learning
Kelebihan metode pembelajaran Problem Based Learning antara lain :
·      Pembelajaran akan lebih bermakna.  Peserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah, maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan.  Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan
·      Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan
·      PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok
·      Melatih peserta didik untuk menghadapi problema-problema atau situasi yang timbul secara spontan
·      Peserta didik menjadi aktif dan berinisiatif sendiri serta bertanggung jawab sendiri
·      Pendidikan disekolah akan relevan dengan kehidupan

2.6. Kelemahan Metode Pembelajaran Problem Based Learning
Kelemahan metode pembelajaran Problem Based Learning antara lain :
·      Memerlukan waktu yang lama
·      Murid yang pasif dan malas akan tertinggal
·      Sukar sekali untuk mengorganisasikan bahan pelajaran
·      Sukar sekali menentukan masalah yang benar-benar cocok dengan tingkat kemampuan peserta didik

 
BAB 3 PENUTUP

3.1.   Kesimpulan
Problem Based Learning (PBL) merupakan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata.  Alasan memilih pembelajaran metode problem based learning yaitu karena dengan penggunaan metode Problem Based Learning, siswa dapat bekerja dan berpikir sendiri, dengan demikian siswa akan dapat mengingat pelajarannya dari pada hanya mendengarkan saja.  Selain itu metode ini menuntut keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran metode problem based learning yaitu peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu.  Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul.  Setelah itu guru merangsang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada.  Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.  PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.  Kelebihan pembelajaran metode problem based learning yaitu melatih peserta didik untuk menghadapi problema-problema atau situasi yang timbul secara spontan dll.  Sedangkan kelemahan pembelajaran metode problem based learning yaitu memerlukan waktu yang lama, murid yang pasif dan malas akan tertinggal dll.
 

DAFTAR PUSTAKA

1.      Wahab Abdul Aziz, Dr. M,A. Metode dan Model Pembelajaran IPS. Bandung: Alfabeta
2.      Huda, Miftahul.2013.Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarata .Pustaka Pelajar.
3.      http://musrifatull.blogspot.com/2013/12/metode-metode-pembelajaran-sejarah.html
5.      http://gayahidupalami.wordpress.com/pendidikan/problem-based-learning/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar