PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING
UNTUK VISUALISASI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi
Dosen Pengampu Dr. Suranto, M.Pd
Oleh
Nuzulul Khoirunnisa’ (120210302103)
Kelas B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Upaya memperbaiki dan meningkatkan
mutu pendidikan seakan tidak akan pernah usang.
Banyak agenda reformasi yang telah, sedang dan akan dilaksanakan. Beragam program inovatif ikut serta
memeriahkan reformasi pendidikan.
Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib
kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita, karena ia merupakan kunci
sukses untuk menggapai masa depan yang
cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang
tinggi dan pada akhirnya diharapkan akan berguna bagi bangsa, Negara dan
agama. Melihat peran pendidikan yang
begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah
keharusan. Dengan harapan proses belajar
mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan. Beragam metode pembelajaran
efektif dapat menjadi pilihan untuk bisa kita persiapkan dalam sebuah
kegiatan pembelajaran.
Metode adalah cara yang fungsinya
sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. Dengan demikian tujuan merupakan faktor utama
dalam menetapkan baik tidaknya penggunaan suatu metode.
Dalam hal metode mengajar, selain
faktor tujuan, murid, situasi, fasilitas dan faktor guru turut menentukan
efektif tidaknya penggunaan suatu metode, karenanya metode mengajar itu banyak
sekali dan sulit menggolong-golongkannya.
Lebih sulit lagi menetapkan metode mana yang memiliki efektifitas paling
tinggi. Sebab metode yang “kurang baik”
di tangan seorang guru dapat menjadi metode yang “baik sekali” di tangan guru
yang lain dan metode yang baik akan gagal di tangan guru yang tidak menguasai
teknik pelaksanaannya. Namun demikian,
ada sifat-sifat umum yang terdapat pada metode yang satu tidak terdapat pada
metode yang lain. Dengan mencari ciri-ciri
umum itu, menjadi mungkinlah untuk mengenali berbagai macam metode yang lazim
dan praktis untuk dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
Belajar mengajar merupakan kegiatan
yang kompleks. Mengingat kegiatan
belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks, maka tidak mungkin
menunjukan dan menyimpulkan bahwa suatu metode belajar mengajar tertentu lebih
unggul dari pada metode belajar mengajar yang lainnya dalam usaha mencapai
semua pelajaran, dalam situasi dan kondisi dan untuk selamanya.
Belajar sangat berkaitan erat dengan
pembelajaran, apalagi untuk kita sebagai calon pendidik. Tentunya kita harus bisa meningkatkan belajar
siswa dengan cara memberi motivasi sebelum mulai pembelajaran. Untuk meningkatkan semangat siswa, kita harus
berpikir kreatif dalam memilih metode pembelajaran. Sehingga siswa akan merasa senang dan
tertarik dengan pembelajaran tersebut.
Maka, dengan mudah siswa menerima materi, memahaminya dan akan melekat
dalam diri siswa. Apalagi untuk mata
pelajaran Sejarah yang dianggap sangat membosankan oleh siswa karena materinya
hanya itu-itu saja dan tidak ada yang menarik
untuk itulah peran guru sangat penting untuk memunculkan motivasi
belajar siswa khususnya pada mata pelajaran sejarah yang dapat dilakukan dengan
penerapan metode pembelajaran yang bervariasi.
Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai salah satu metode
pembelajaran yang dilakukan guru dalam mata pelajaran sejarah yaitu Problem
Based Learning (pemecahan masalah).
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Apakah metode pembelajaran itu?
1.2.2. Apakah metode pembelajaran problem
based learning itu?
1.2.3. Apa alasan penulis menerapkan metode
pembelajaran problem based learning dalam mata pelajaran sejarah?
1.2.4. Bagaimanakah langkah-langkah
pembelajaran dalam metode pembelajaran problem based learning?
1.2.5. Apa saja kelebihan yang didapat
dalam metode pembelajaran problem based learning itu?
1.2.6. Apa saja kekurangan dalam metode
pembelajaran problem based learning itu?
1.3.Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui arti metode
pembelajaran
1.3.2. Untuk mengetahui arti metode
pembelajaran problem based learning
1.3.3. Untuk mengetahui alasan penulis
menerapkan metode pembelajaran problem based learning dalam mata pelajaran
sejarah
1.3.4. Untuk mengetahui langkah-langkah
pembelajaran dalam metode pembelajaran problem based learning
1.3.5. Untuk mengetahui kelebihan metode
pembelajaran problem based learning
1.3.6. Untuk mengetahui kelemahan metode
pembelajaran problem based learning
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. Metode Pembelajaran
2.1.1.
Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang
dilakukan oleh para pendidik agar proses belajar mengajar pada siswa tercapai
sesuai dengan tujuan. Metode
pembelajaran ini sangat penting di lakukan agar proses belajar mengajar
tersebut nampak menyenangkan dan tidak membuat para siswa tersebut suntuk dan
juga para siswa tersebut dapat menangkap ilmu dari tenaga pendidik tersebut
dengan mudah.
Dibawah
ini pengertian dari metode pembelajaran menurut para ahli diantaranya :
1. Sagala, S. (2003:169) mengemukakan,
metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengorganisasikan
kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran pada khususnya.
2. Surakhmad, W. (1979:75)
mengemukakan, metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai suatu tujuan
3. Hatimah, I. (2000:10) metode
pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja,
melainkan juga untuk pemberian dorongan, pengungkap tumbuhnya minat belajar,
penyampaian bahan belajar, pencipta iklim belajar yang kondusif, tenaga untuk
melahirkan kreativitas, pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil
belajar dan pendorong dalam melengkapi kelemahan hasil belajar.
2.1.2. Efektivitas Pemilihan Metode
Pembelajaran
Pembelajaran yang efektif salah
satunya ditentukan oleh pemilihan metode pembelajaran saat guru menyusun
rencana pembelajaran yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Kemahiran guru untuk memilih
metode pembelajaran yang serasi dengan kebutuhan menurut Riwajatna, J.
(2003:51) ditentukan oleh pengalamannya, keluasan pemahaman guru tentang bahan
pelajaran, tersedianya media, pemahaman guru tentang karakteristik siswa dan
karakteristik belajar. Metode
pembelajaran apapun yang digunakan oleh guru menurut Majid, A. (2005:136)
hendaknya dapat mengakomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip pembelajaran.
Pertama, berpusat pada anak didik
(student oriented). Guru harus memandang
anak didik sebagai sesuatu yang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama,
sekalipun mereka kembar. Suatu kesalahan
jika guru memperlakukan mereka secara sama.
Gaya belajar (learning style) anak didik harus diperhatikan.
Kedua, belajar dengan melakukan
(learning by doing). Supaya proses
belajar menyenangkan, guru harus menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk
melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia memperoleh pengalaman nyata.
Ketiga, mengembangkan kemampuan
sosial. Proses pembelajaran dan
pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan, juga sebagai
sarana untuk berinteraksi sosial (learning to live together).
Keempat, mengembangkan keingin
tahuan dan imajinasi. Proses
pembelajaran dan pengetahuan harus dapat memancing rasa ingin tahu anak didik,
juga mampu memompa daya imajinasi anak didik untuk berpikir kritis dan
kreatif. Kelima, mengembangkan
kreativitas dan keterampilan memecahkan masalah.
2.1.3. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Metode Pembelajaran
Sebagai suatu cara, metode tidaklah
berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang
paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami
sifat-sifat masing-masing metode tersebut.
Menurut Winarno Surakhmad dalam Djamarah (2002:89), pemilihan dan
penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut :
Ø Anak didik
Anak didik adalah manusia berpotensi
yang menghajatkan pendidikan. Di
sekolah, gurulah yang berkewajiban mendidiknya.
Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual dan
psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran mana yang
sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif demi
tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Ø Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju
dari setiap kegiatan belajar-mengajar.
Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran ada berbagai jenis, ada tujuan
instruksional, tujuan kurikuler, tujuan institusional dan tujuan pendidikan
nasional. Metode yang dipilih guru harus
sejalan dengan taraf kemampuan anak didik dan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Ø Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar
yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari. Guru harus memilih metode pembelajaran yang
sesuai dengan situasi yang diciptakan itu.
Ø Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang
mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang
belajar anak didik di sekolah.
Ø Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian
yang berbeda. Latar pendidikan guru
diakui mempengaruhi kompetensi.
Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala
dalam memilih dan menentukan metode.
2.1.4. Syarat-syarat Metode
Pembelajaran
Menurut Ahmadi dalam (Asih,
2007:20), syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode
mengajar adalah :
Ø Metode mengajar harus dapat
mermbangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa
Ø Metode mengajar harus dapat menjamin
perkembangan kegiatan kepribadian siswa
Ø Metode mengajar harus dapat
memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya
Ø Metode mengajar harus dapat
merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan
inovasi (pembaharuan)
Ø Metode mengajar harus dapat mendidik
murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui
usaha pribadi
Ø Metode mengajar harus dapat
meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan
pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan
Ø Metode mengajar harus dapat
menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan
dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari
2.1.5.
Tujuan Metode Pembelajaran
Tujuan utama dalam metode
pembelajaran adalah untuk menyampaikan meteri atau pesan yang terkandung dalam
isi kurikulum secara efektif, sehingga siswa dapat dengan mudah menerima,
memahami, terekam dan tercerna dengan baik.
Berikut ini beberapa tujuan dari metode pembelajaran antara lain :
Ø Menghantarkan para siswa menuju pada
perubahan–perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial agar
dapat hidup mandiri sebagai individu dan mahkluk social
Ø Rumusan kemampuan yang diharapkan
dimiliki para siswa setelah menempuh berbagai pengalaman belajarnya (pada akhir
pengajaran)
Ø Untuk tercapainya Tujuan Pendidikan
Nasional yang berbunyi “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratif serta
bertanggung jawab“
2.2.
Metode Pembelajaran Problem Based Learning (Berbasis Masalah)
Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan pelajaran dengan
mendorong peserta didik untuk mencari dan memecahkan suatu masalah / persoalan dalam rangka pencapaian tujuan
pengajaran. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran
berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah
dunia nyata (real world).
Dibawah
ini definisi menurut para ahli mengenai metode pembelajaran problem based
learning antara lain :
1.
Problem-Based Learning (PBL) adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya
permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir
kritis dan keterampilan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan (Duch,
1995).
2.
Finkle
dan Torp (1995) menyatakan bahwa PBL merupakan pengembangan kurikulum dan
sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah
dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta
didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak
terstruktur dengan baik.
Dua definisi di atas mengandung arti
bahwa PBL merupakan setiap
suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari.
3.
Menurut
Boud dan Felleti (1991, dalam Saptono, 2003) menyatakan bahwa PBL adalah sebuah
metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat
digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu
(knowledge) baru.
4.
PBL
adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004).
Berdasarkan pendapat pakar-pakar
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Problem
Based Learning (PBL) merupakan metode pembelajaran yang mendorong siswa
untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari
penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata.
Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa
sebelum mulai mempelajari suatu subyek.
PBL menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta
mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber
pembelajaran. Sehingga dapat diartikan
bahwa PBL adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan
masalah dalam kehidupan nyata, lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk
mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka
punyai sebelumnya (prior knowledge), sehingga dari prior knowledge ini akan
terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam
penerapan PBL.
PBL merupakan satu proses
pembelajaran di mana masalah merupakan pemandu utama ke arah pembelajaran
tersebut. Dengan demikian, masalah yang
ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat
menyokong keilmuannya.
Karateristik PBL lebih mengacu pada
aliran pendidikan kontruktivismisme, dimana belajar merupakan proses
aktif dari pembelajaran untuk membangun pengetahuan. Proses aktif yang dimaksud tidak hanya bersifat
secara mental tetapi juga secara fisik. Artinya,
melalui aktivitas secara fisik, pengetahuan siswa secara aktif dibangun
berdasarkan proses asimilasi pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan
pengetahuan yang telah dimiliki dan ini berlangsung secara mental Matthews
(dalam Suparno.1997:56).
Dalam pembelajaran guru harus dapat
menciptakan lingkungan belajar sebagai suatu sistem sosial yang memiliki ciri
proses demokrasi dan proses ilmiah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan
jawaban terhadap praktek pembelajaran kompetensi serta merespon perkembangan
dinamika sosial masyarakat. Selain itu pembelajaran berbasis masalah pada
dasarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari pembelajaran kelompok. Dengan
demikian, metode pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik yang khas
yaitu menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks belajar bagi siswa untuk
belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan memecahkan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran.
Pembelajaran berbasis masalah
digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dengan situasi berorientasi
pada masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut Ibrahim
dan Nur (2000:2 dalam Nurhadi dkk,2004), “ Pembelajaran berbasis masalah
dikenal dengan nama lain seperti Project-Based Learning (Pembelajaran
Proyek), Eksperience-Based Education (Pendidikan Berdasarkan
Pengalaman), Authentic learning (Pembelajaran Autentik), dan Anchored
instruction (Pembelajaran berakar pada dunia nyata)”. Peran guru dalam
pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan
dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pembelajaran berbasis masalah tidak
dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan
terjadinya pertukaran ide secara terbuka secara garis besar pembelajaran
berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang
autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk
melakukankan penyelidikan secara inkuiri.
2.3.
Alasan Memilih Metode Pembelajaran Problem Based Learning
Menurut saya metode Problem Based
Learning cocok untuk pembelajaran sejarah karena dengan penggunaan metode
Problem Based Learning, siswa dapat bekerja dan berpikir sendiri, dengan
demikian siswa akan dapat mengingat pelajarannya dari pada hanya mendengarkan
saja. Selain itu metode ini menuntut
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya sekedar
menerima informasi dari guru saja, karena dalam hal ini guru sebagai motivator
dan fasilitator yang mengarahkan siswa agar terlibat secara aktif dalam seluruh
proses pembelajaran dengan diawali pada masalah yang berkaitan dengan konsep
yang dipelajari mengenai suatu peristiwa sejarah. Dari permasalahan tersebut, siswa dituntut
untuk memecahkan permasalahan suatu peristiwa sejarah tersebut dengan belajar
mandiri, artinya siswa sendiri yang belajar atau terjun langsung mengenai kebenaran
suatu konsep peristiwa sejarah tersebut.
Sehingga siswa yang berperan aktif dan mencari tahu pengetahuannya
sendiri. Setelah peserta didik mencari
tahu pengetahuannya sendiri mengenai konsep suatu peristiwa sejarah tersebut,
siswa melakukan investigasi atau berpikir kritis terhadap benar tidaknya
pengetahuan yang diperolehnya. Setelah
melakukan investigasi, barulah saling berbagi dan bertukar pendapat dan
pengetahuan kepada siswa yang lain tentang pembelajaran yang diperoleh mengenai
konsep suatu peristiwa sejarah tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas
mengenai pembelajaran metode PBL, dirasa sangat cocok untuk diterapkan dalam
pembelajaran sejarah. Dengan alasan
siswa dituntut untuk mencari tahu pengetahuannya sendiri yang kemudian setelah
mencari tahu kebenaran tersebut, siswa juga harus melakukan investigasi untuk
mengetahui benar tidaknya pengetahuan yang didapat. Setelah mengetahui benar tidaknya peristiwa
yang didapat, barulah saling berbagi pendapat kepada siswa yang lain. Pembelajaran metode PBL ini sangat
menitikberatkan keaktifan siswa dan rasa kebersamaan dengan siswa yang
lain. Dengan siswa mencari tahu sendiri
pengetahuannya, maka penegtahuan yang didapat siswa tersebut akan bertahan
lama, karena siswa terlibat secara langsung dalam memperoleh
pengetahuannya. Sesuatu yang didapat dan
dialami langsung oleh seseorang, maka hasilnya akan bertahan lama.
2.4.
Langkah-langkah Pembelajaran Metode Problem Based Learning
Konsep Dasar (Basic Concept)
Sebelum guru melakukan pendefinisian
masalah sebagai langkah awal dari pembelajaran problem based learning, guru
memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi atau link dan skill yang
diperlukan dalam pembelajaran tersebut.
Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer
pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan
pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran metode
problem based learning antara lain :
1.
Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini guru menyampaikan skenario atau
permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan
semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide dan tanggapan terhadap
skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif
pendapat.
2.
Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas
isu yang sedang diinvestigasi. Sumber
yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di
perpustakaan, halaman web atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.
3.
Tahap Investigasi (Investigation)
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu : (1)
agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan
dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas dan (2) informasi
dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi
tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
4.
Pertukaran Pengetahuan (Exchange Knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi
dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya
peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan
merumuskan solusi dari permasalahan kelompok.
Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserta didik
berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
5.
Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan
tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill) dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan
yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir
semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen dan
laporan. Penilaian terhadap kecakapan
dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware,
maupun kemampuan perancangan dan pengujian.
Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft
skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama
dalam tim dan kehadiran dalam pembelajaran.
Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata
pelajaran yang bersangkutan.
Penilaian pembelajaran dengan PBL
dilakukan dengan authentic assesment.
Penilaian dapat dilakukan dengan portofolio yang merupakan kumpulan yang
sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat
kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan
pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan
PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment. Self-assessment berarti penilaian yang
dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil
pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh
pebelajar itu sendiri dalam belajar. Peer-assessment
berarti penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian
terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya
sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya.
Langkah–langkah pembelajaran metode problem based
learning oleh para ahli yang lain antara lain :
1. Guru
menyiapkan bahan-bahan yang akan dibahas
2. Guru menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan sebagai bahan pembantu dalam
memecahkan persoalan
3. Guru memberikan gambaran secara umum tentang cara-cara pelaksanaannya
4. Problem yang disajikan hendaknya jelas dapat merangsang peserta didik untuk
berpikir
5. Problem harus bersifat praktis dan sesuai dengan kemampuan peserta didik
6. Guru menjelaskan secara umum tentang masalah yang dipecahkan
7. Guru meminta kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan tentang tugas
yang akan dilaksanakan
8. Peserta didik dapat bekerja secara individual atau berkelompok
9. Pemecahan masalah dapat dilaksanakan dengan pikiran
10. Jika pemecahannya tidak ditemukan oleh peserta didik, maka didiskusikan untuk memperoleh solusi
11. Data di kumpulkan sebanyak-banyaknya untuk
analisa sehingga dijadikan fakta
12. Membuat kesimpulan
Langkah-langkah
pembelajaran metode problem based learning oleh para ahli yang lain antara lain
:
1.
Pengajuan
permasalahan
Soal yang diajukan seperti dinyatakan sebelumnya harus tidak
terstruktur dengan baik, dalam arti untuk penyelesaiannya diperlukan informasi
atau data lebih lanjut, memungkinkan banyak cara atau jawaban dan cukup luas
kandungan materinya.
2.
Apa
yang diketahui diketahui dari permasalahan?
Dalam fase ini setiap anggota akan melihat permasalahan dari
segi pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kelompok akan mendiskusikan dan menyepakati
batasan-batasan mengenai permasalahan tersebut, serta memilah-memilah isu-isu
dan aspek-aspek yang cukup beralasan untuk diselidiki lebih lanjut. Analisis awal ini harus menghasilkan titik
awal untuk penyelidikan dan dapat direvisi apabila suatu asumsi dipertanyakan
atau informasi baru muncul kepermukaan.
3.
Apa
yang tidak diketahui dari permasalahan?
Disini anggota kelompok akan membuat daftar
pertanyaan-pertanyaan atau isu-isu pembelajaran yang harus dijawab untuk
menjelaskan permasalahan. Dalam fase
ini, anggota kelompok akan mengurai permasalahan menjadi komponen-komponen,
mendiskusikan implikasinya, mengajukan berbagai penjelasan atau solusi dan mengembangkan
hipotesis kerja. Kegiatan ini seperti
fase “brainstorming” dengan evaluasi; penjelasan atau solusi
dicatat. Kelompok perlu merumuskan
tujuan pembelajaran, menentukan informasi yang dibutuhkan dan bagaimana
informasi ini diperoleh.
4.
Alternatif
pemecahan
Dalam fase ini anggota kelompok akan
mendiskusikan, mengevaluasi dan mengorganisir hipotesis dan mengubah
hipotesis. Kelompok akan membuat daftar
“Apa yang harus dilakukan?” yang mengarah kepada sumberdaya yang dibutuhkan,
orang yang akan dihubungi, artikel yang akan dibaca dan tindakan yang perlu
dilakukan oleh para anggota. Dalam fase
ini anggota kelompok akan menentukan dan mengalokasikan tugas-tugas,
mengembangkan rencana untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Informasi tersebut dapat berasal dari dalam
kelas, bahan bacaan, buku pelajaran, perpustakaan, perusahaan, video dan dari
seorang pakar tertentu. Bila ada
informasi baru, kelompok perlu menganalisa dan mengevaluasi reliabilitas dan
kegunaannya untuk penyelesaian permasalahan yang sedang dihadapi.
5.
Laporan
dan presentasi hasil
Pada fase ini, setiap kelompok akan
menulis laporan hasil kerja kelompoknya.
Laporan ini memuat hasil kerja kelompok dalam fase-fase sebelumnya
diikuti dengan alasan mengapa suatu alternatif dipilih dan uraian tentang
alternatif tersebut. Pada bagian akhir
setiap kelompok menjelaskan konsep yang terkandung dalam permasalahan yang
diajukan dan penyelesaian yang mereka ajukan.
Misalnya, rumus apa yang mereka gunakan.
Laporan ini kemudian dipresentasikan dan didiskusikan dihadapan semua
siswa.
6.
Pengembangan
materi
Dalam fase ini guru akan
mengembangkan materi yang akan dipelajari lebih lanjut dan mendalam dan
memfasilitasi pembelajaran berdasarkan konsep-konsep yang diajukan oleh setiap
kelompok dalam laporannya.
Dengan memperhatikan kegiatan pada
setiap fase, para peserta didik menggunakan banyak waktunya untuk mendiskusikan
masalah, merumuskan hipotesis, menentukan fakta yang relevan, mencari informasi
dan mendefinisikan isi pembelajaran itu sendiri. Tidak seperti pembelajaran tradisional,
tujuan pembelajaran dalam PBL tidak ditetapkan dimuka. Sebaliknya, setiap anggota kelompok akan
bertanggungjawab untuk membangun isi-isu atau tujuan berdasarkan analisa
kelompok tentang permasalahan yang diberikan.
Contoh Langkah-langkah Penerapan
Pembelajaran Metode Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dalam
Pembelajaran Sejarah
Langkah-langkah
penerapan pembelajaran metode problem based learning dalam pembelajaran sejarah
antara lain :
1. Sebelum memulai proses
belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk
mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu.
Contohnya dalam pembelajaran sejarah
yaitu mengenai masalah Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret), apakah benar
yang menulis surat tersebut Ir. Soekarno, apakah orang lain. Hal itu perlu dibuktikan, karena sampai
sekarang masih menjadi misteri. Apalagi
mengingat saksi bisu supersemar tersebut sudah meninggal.
2. Kemudian peserta didik diminta
mencatat masalah-masalah yang muncul.
Masalah-masalah yang muncul dari
peristiwa Supersemar tersebut dicatat oleh murid supaya murid tidak lupa.
3. Setelah itu tugas guru adalah merangsang
peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik
untuk bertanya, membuktikan asumsi dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari
mereka.
Setelah itu, guru merangsang peserta
didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang diberikan guru tadi
mengenai kebenaran Supersemar. Hal ini
diterapkan dengan tujuan supaya murid dapat bertanya, mengenai peristiwa
Supersemar lebih mendalam lagi kepada ahli sejarah, karena saksi bisu peristiwa
Supersemar rata-rata sudah meninggal, jikapun ada, pasti sudah tua yang
kemungkinan besar sudah pikun. Setelah
bertanya kepada ahli sejarah tersebut, hendaknya jangan ditelan mentah-mentah
cerita dari ahli sejarah tersebut, hendaknya murid cari perbedaan dan persamaan
pendapat ahli sejarah tersebut dalam buku sejarah mengenai peristiwa Supersemar
untuk mendapatkan asumsi. Setelah
mendapatkan asumsi, barulah murid mendengarkan pendapat yang berbeda-beda dari
sesama murid yang lain. Kemudian
terkahir yaitu ditemukannya kesimpulan, yang mana kesimpulan yang diperoleh
dari tiap-tiap murid sama, cuma sudut pandangnya atau caranya saja yang
berbeda.
Dapat disimpulkan bahwa dalam
pembelajaran metode problem based learning ini, murid diajarkan untuk belajara
mandiri, karena dianjurkan untuk mencari tahu kebenaran mengenai suatu
peristiwa sejarah tersebut dengan sendiri yang kemudian antara murid satu
dengan murid yang lain dapat bertukar pengetahuan melalui apa saja yang
diperoleh dalam pembelajaran mandiri murid tersebut mengenai suatu peristiwa
sejarah tersebut.
Dengan diterapkannya pembelajaran
metode problem based learning tersebut, guru secara tidak langsung memanfaatkan
lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat
dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah,
keluarga dan masyarakat. Penugasan yang
diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar
diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat
memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas
belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan
standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
2.5.
Kelebihan Metode Pembelajaran Problem Based Learning
Kelebihan
metode pembelajaran Problem Based Learning antara lain :
· Pembelajaran akan lebih
bermakna. Peserta didik yang belajar
memecahkan suatu masalah, maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat
diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan
· Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan
pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam
konteks yang relevan
· PBL dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi
internal untuk belajar dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam
bekerja kelompok
· Melatih peserta didik untuk menghadapi problema-problema atau situasi yang
timbul secara spontan
· Peserta didik menjadi aktif dan berinisiatif sendiri serta bertanggung
jawab sendiri
· Pendidikan disekolah akan relevan dengan
kehidupan
2.6.
Kelemahan Metode Pembelajaran Problem Based Learning
Kelemahan metode pembelajaran Problem Based
Learning antara lain :
· Memerlukan waktu yang lama
· Murid yang pasif dan malas akan tertinggal
· Sukar sekali untuk mengorganisasikan bahan pelajaran
· Sukar sekali menentukan masalah yang benar-benar cocok dengan tingkat
kemampuan peserta didik
BAB
3 PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Problem
Based Learning (PBL)
merupakan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar
dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di
dunia nyata. Alasan memilih pembelajaran
metode problem based learning yaitu karena dengan penggunaan metode Problem
Based Learning, siswa dapat bekerja dan berpikir sendiri, dengan demikian siswa
akan dapat mengingat pelajarannya dari pada hanya mendengarkan saja. Selain itu metode ini menuntut keaktifan
siswa dalam pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran metode
problem based learning yaitu peserta didik terlebih dahulu diminta untuk
mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu.
Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu guru merangsang peserta didik
untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik
untuk bertanya, membuktikan asumsi dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari
mereka. PBL dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi
internal untuk belajar dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam
bekerja kelompok. Kelebihan pembelajaran
metode problem based learning yaitu melatih peserta didik untuk menghadapi problema-problema atau situasi yang
timbul secara spontan dll. Sedangkan kelemahan pembelajaran metode
problem based learning yaitu memerlukan waktu
yang lama, murid yang pasif dan malas akan tertinggal dll.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Wahab Abdul Aziz, Dr. M,A. Metode dan Model Pembelajaran IPS. Bandung: Alfabeta
2. Huda, Miftahul.2013.Model-model
Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarata .Pustaka Pelajar.
3. http://musrifatull.blogspot.com/2013/12/metode-metode-pembelajaran-sejarah.html
5. http://gayahidupalami.wordpress.com/pendidikan/problem-based-learning/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar